Rabu, 02 April 2014

Bali


Bali adalah sebuah pulau dan provinsi terkecil dari Indonesia, dan termasuk pulau-pulau tetangga yang lebih kecil beberapa, terutama Nusa Penida. Kota ini terletak di ujung paling barat dari Kepulauan Sunda Lesser, antara Jawa di sebelah barat dan Lombok di sebelah timur, dan memiliki modal Denpasar di bagian selatan dari pulau itu. 
Dengan populasi 3.890.757 pada sensus 2010,  dan saat ini 4.220.000,  pulau adalah rumah bagi sebagian besar minoritas Hindu di Indonesia. Menurut Sensus 2010, 84,5% dari penduduk Bali ditaati orang Bali Hindu,  12% menjadi Islam, dan sebagian besar sisanya mengikuti agama Kristen. Bali juga merupakan tujuan wisata terbesar di negara ini dan terkenal karena seni yang sangat berkembang, termasuk tarian tradisional dan modern, patung, lukisan, kulit, logam, dan musik. Surga wisata selama puluhan tahun, provinsi ini telah melihat lonjakan lebih lanjut dalam jumlah wisatawan dalam beberapa tahun terakhir.

Adat Istiadat Bali


1.Upacara Potong Gigi

Upacara Potong Gigi mengandung arti pembersihan sifat buruk yang ada pada diri manusia. Potong gigi dalam bahasa Bali Mepandes bisa juga disebutMatatah atau Mesanggih, dimana 6 buah taring yang ada di deretan gigi atas dikikir atau ratakan, upacara ini merupakan satu kewajiban, adat istiadat dan kebudayaan yang masih terus dilakukan oleh umat Hindu di Bali secara turun temurun sampai saat ini.

Upacara ini dianggap sakral dan diperuntukan bagi anak anak yang mulai beranjak dewasa, dimana bagi anak perempuan yang telah datang bulan atau mensturasi, sedangkan bagi anak laki laki telah memasuki masa akil baliq atau suaranya telah berubah, dengan upacara ini juga anak anak dihantarkan ke suatu kehidupan yang mendewasakan diri mereka yang di sebut juga niskala.
Adapun 6 sifat buruk dalam diri manusia atau disebut juga sad ripu yang harus dibersihkan tersebut adalah:
  1. Hawa nafsu
  2. Rakus/Tamak/keserakahan
  3. Angkara murka/kemarahan
  4. Mabuk membutakan pikiran
  5. Perasaan bingung
  6. Iri hati/ dengki
Dari semua sifat yang ada ini, bila tidak dikendalikan dapat mengakibatkan  hal hal  yang tidak baik/diinginkan, juga bisa merugikan dan membahayakan bagi anak anak yang akan beranjak dewasa kelak dikemudian hari. Oleh karena itu kewajiban bagi setiap orang tua untuk dapat memberi nasehat, bimbingan serta permohonan doa kepada Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha ) agar anak mereka terhindar dari 6 pengaruh sifat buruk yang sudah ada sejak manusia di lahirkan di dunia.  
Kegiatan saat upacara
  1. Pendeta atau orang yang terhormat dalam upacara ini minta restu di tempat suci, lalu anak anak atau remaja yang akan melaksanakan potong gigi dipercikan air suci/tirta, setelah itu mereka memohon keselamatan untuk melaksanakan upacara.
  2. Pendeta melakukan potong rambut dan menuliskan lambang lambang suci  dengan tujuan mensucikan diri serta menandai adanya peningkatan status sebagai manusia, untuk meninggalkan masa kanak kanak ke masa remaja.
  3. Anak anak yang akan di potong giginya naik ke bale tempat pelaksaaan Mepandes dengan terlebih dahulu menginjak sesajen yang telah disediakan sebagai symbol mohon kekuatan kepada Sang Hyang Widhi Wasa(Tuhan Yang Maha Esa).
  4. Setelah pemotongan gigi berlangsung, bekas air kumur kumur  dibuang di dalam buah kelapa gading, ini bertujuan agar tidak mengurangi nilai kebersihan dan kesakralan dalam menjalankan upacara ini.
  5. Lalu dilanjutkan dengan  melakukan penyucian diri oleh pendeta agar dapat menghilangkan bala/kesialan untuk menyongsong kehidupan masa remaja.
  6. Melaksanakan Mapedamel yang bertujuan sebagai symbol restu dari Dewa Semara dan Dewi Ratih agar dalam kehidupan masa remaja dan seterusnya menjadi orang yang bijaksana, dalam mengarungii kehidupan di masa datang. Di saat melakukan upacara ini anak anak mengenakan kain putih dan kuning, memakai benang pawitraberwarna tridatu (merah, putih dan hitam) sebagai simbol pengikat diri terhadap norma norma agama, kemudian anak anak yang dipotong giginya mencicipi 6 rasa (pahit, asam, pedas, sepat, asin dan manis) yang mempunyai arti dan makna makna tertentu.
  7. Setelah proses mapedamel dilakukan, dilanjutkan dengan upacara Natab Banten, yang bertujuan memohon anugerah kepada Hyang Widhi agar apa yang menjadi tujuan dapat tercapai.
  8. Setelah proses upacara tersebut dilakukan dilanjutkan dengan Metapak, tujuan adalah memberitahukan kepada anak nya bahwa kewajiban sebagai orang tua dari melahirkan, mengasuh dan membimbing sudah selesai, diharapkan  sang anak kelak setelah upacara ini menjadi orang yang berguna, sebaliknya si anak  kepada orang tua nya menghaturkan sembah sujud ungkapan terima kasih  sudah dengan susah payah berkorban jiwa dan raga untuk melahirkan mereka, mengasuh, membesarkan,  mendidik dan membimbing mereka menuju jalan yang baik dan benar sampai dewasa. (Ida Pandita Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi)
Dari serangkaian upacara diatas dapat kita pahami bahwa dalam diri setiap manusia sejak mereka dilahirkan sudah terdapat sifat yang tidak baik, dengan melakukan upacara Mepandes ini anak yang sudah dewasa diingatkan dan diajarkan untuk tidak terjerumus dalam perbuatan yang dilarang agama dan bisa menjadi manusia yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa.
2. Upacara Ngaben

Ngaben merupakan salah satu upacara yang dilakukan oleh Umat Hindu di Bali yang tergolong upacara Pitra Yadnya (upacara yang ditunjukkan kepada Leluhur). Ngaben secara etimologis berasal dari kata api yang mendapat awalan nga, dan akhiran an, sehingga menjadi ngapian, yang disandikan menjadi ngapen yang lama kelamaan terjadi pergeseran kata menjadi ngaben. Upacara Ngaben selalu melibatkan api, api yang digunakan ada 2, yaitu berupa api konkret (api sebenarnya) dan api abstrak (api yang berasal dari Puja Mantra Pendeta yang memimpin upacara). Versi lain mengatakan bahwa ngaben berasal dari kata beya yang artinya bekal, sehingga ngaben juga berarti upacara memberi bekal kepada Leluhur untuk perjalannya ke Sunia Loka.


Bentuk-bentuk Upacara Ngaben















  • Ngaben Sawa Wedana

    Sawa Wedana adalah upacara ngaben dengan melibatkan jenazah yang masih utuh (tanpa dikubur terlebih dahulu) . Biasanya upacara ini dilaksanakan dalam kurun waktu 3-7 hari terhitung dari hari meninggalnya orang tersebut. Pengecualian biasa terjadi pada upacara dengan skala Utama, yang persiapannya bisa berlangsung hingga sebulan. Sementara pihak keluarga mempersiapkan segala sesuatu untuk upacara maka jenazah akan diletakkan di balai adat yang ada di masing-masing rumah dengan pemberian ramuan tertentu untuk memperlambat pembusukan jenazah. Dewasa ini pemberian ramuan sering digantikan dengan penggunaan formalin. Selama jenazah masih ditaruh di balai adat, pihak keluarga masih memperlakukan jenazahnya seperti selayaknya masih hidup, seperti membawakan kopi, memberi makan disamping jenazah, membawakan handuk dan pakaian, dll sebab sebelum diadakan upacara yang disebut Papegatan maka yang bersangkutan dianggap hanya tidur dan masih berada dilingkungan keluarganya.


    Ngaben Asti Wedana

    Asti Wedana adalah upacara ngaben yang melibatkan kerangka jenazah yang telah pernah dikubur. Upacara ini disertai dengan upacara ngagah, yaitu upacara menggali kembali kuburan dari orang yang bersangkutan untuk kemudian mengupacarai tulang belulang yang tersisa. Hal ini dilakukan sesuai tradisi dan aturan desa setempat, misalnya ada upacara tertentu dimana masyarakat desa tidak diperkenankan melaksanakan upacara kematian dan upacara pernikahan maka jenazah akan dikuburkan di kuburan setempat yang disebut dengan upacara Makingsan ring Pertiwi ( Menitipkan di Ibu Pertiwi).


    Swasta

    Swasta adalah upacara ngaben tanpa memperlibatkan jenazah maupun kerangka mayat, hal ini biasanya dilakukan karena beberapa hal, seperti : meninggal di luar negeri atau tempat jauh, jenazah tidak ditemukan, dll. Pada upacara ini jenazah biasanya disimbolkan dengan kayu cendana (pengawak) yang dilukis dan diisi aksara magis sebagai badan kasar dari atma orang yang bersangkutan.


    Ngelungah

    Ngelungah adalah upacara untuk anak yang belum tanggal gigi.


    Warak Kruron

    Warak Kruron adalah upacara untuk bayi yang keguguran.

    3.Tradisi Omed-omedan di Bali


    Omed-Omedan atau bahasa indonesia nya adalah cium-ciuman(tarik-menarik), sebuah tradisi di Pulau Dewata, Bali.

    omed-omedan, dari arti bahasa Indonesia nya memang banyak yang penasaran sekaligus membayangkannya.Omed-omedan atau juga disebut Med-medan adalah acara ciuman massal yang rutin digelar oleh warga Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar Selatan, pada setiap setiap tanggal 1 tahun Caka, atau sehari setelah Hari Nyepi. Menurut cerita masyarakat setempat, acara ini sudah diwariskan sejak tahun 1900-an.

    Omed-omedan melibatkan sekaa teruna-teruni atau pemuda-pemudi umur 17 tahun hingga 30 tahun atau yang sudah menginjak dewasa namun belum menikah. Dalam bahasa Bali, Med-medan sama dengan paid-paidan, berarti saling tarik menarik. Jadi med-medan adalah ritual saling tarik-menarik antara kelompok pemuda dengan kelompok pemudi untuk memohon keselamatan seluruh warga desa.

    Prosesi med-medan dimulai dengan persembahyangan bersama untuk mohon keselamatan. Usai sembahyang, peserta dibagi menjadi dua kelompok, laki-laki dan perempuan. Kemudian kedua kelompok tersebut mengambil posisi saling berhadapan di jalan utama desa. Setelah seorang sesepuh desa memberikan aba-aba, kedua kelompok saling mendekat. Begitu bertemu, peserta terdepan saling tarik menarik lalu berciuman disaksikan ribuan penonton. Prosesi tersebut dilakukan secara bergantian sehingga semua peserta kebagian berciuman.

    Tidak semua masyarakat Bali, bahkan masyarakat Sesetan Kaja sendiri, menyukai tradisi ini. Pernah pada 1970-an para sesepuh banjar memutuskan agar acara ini ditiadakan. Namun, tak lama berselang, di pelataran Pura terjadi perkelahian yang amat seru dua ekor babi, dan keduanya menghilang begitu saja di tengah perkelahian. Oleh warga, peristiwa itu dianggap sebagai pertanda buruk. Maka, med-medan pun kembali dilangsungkan.

    Jauh sebelum itu, ada kisah menarik mengenai med-medan. Saat itu, begitu Hari Nyepi usai, masyarakat Puri Oka, sebuah kerajaan kecil di Denpasar selatan, menggelar permainan med-medan alias saling tarik-menarik antara kelompok pemuda dan pemudi. Saking serunya, acara tarik-menarik itu berubah menjadi acara saling merangkul dan situasi berubah gaduh karenanya. Raja yang saat itu sedang sakit pun marah besar.Dengan terhuyung-huyung beliau keluar hendak menghardik warganya. Namun, begitu melihat adegan itu, tiba-tiba sakit Sang Raja mendadak sirna dan ia pun sehat seperti sediakala. Raja lalu mengeluarkan titah agar med-medan dilaksanakan tiap tahun saat ngembak geni (menyalakan api pertama)sehari setelah Hari Raya Nyepi.

    Begitu diselenggarakan lagi, giliran Pemerintah Kolonial Belanda yang terusik melihat upacara itu. Belanda melarang ritual itu, namun warga yang taat tidak menghiraukan larangan itu. Acara ciuman massal itu pun berlangsung hingga sekarang.

    Tapi jangan berfikir semudah itu untuk bisa mendaratkan ciuman kamu pada sang gadis, karena dalam acara itu selain tarik menarik juga ada acara siram-siraman, sekali kesempatan dan gagal, maka kamu akan di siram beramai-ramai.
     

    4. Hari Raya Nyepi

    Hari raya Nyepi oleh umat hindu di Bali dirayakan sebagai hari pergantian tahun baru Caka. Hari raya ini menurut penanggalan hindu jatuh pada tanggal satu (penanggal pisan) sasih X (kedasa) atau tepatnya sehari sesudah tilem ke IX (kesanga). Terdapat beberapa rangkaian pelakasanaan hari raya Nyepi ini, yaitu:

    • Melasti
      Melasti sering disebut dengan Melis atau Mekiis. Upacara melasti ini dilakukan pada pengelong 13 sasih kesanga (tepatnya traodasa kresnapaksa sasih IX). Pada upacara melasti ini dilakukan pensucian atau pembersihan segala sarana atau prasarana persembahyangan. Alat-alat atau sarana persembahyangan yang dibersihkan antara lain adalah: pratima dan pralingga. Sarana-sarana ini selanjutnya diusung ke tempat pembersihan seperti laut (pantai) atau sumber mata air lain yang dianggap suci, sesuai dengan keadaan tempat pelaksanaan upacara (desa, kala, patra). Tujuan dari upacara melasti ini adalah untuk memohon tirtha amerta sebagai air pembersih dari Hyang Widhi.
    • Tawur Kesanga
      Tawur kesanga jatuh sehari sebelum pelaksanaan hari raya nyepi yaitu pada tilem kesanga. Pada upacara tawur ini dilakukan persembahan kepada para bhuta berupa caru. Caru ini dipesembahkan agar para bhuta tidak menurunkan sifat-sifatnya pada pelaksanaan hari raya nyepi. Hal ini juga bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur jahat dari diri manusia sehingga tidak mengikuti manusia pada tahun berikutnya. Upacara tawur kesanga ini sering juga disebut dengan upacara pecaruan dan juga tergolong upacara bhuta yadnya.
    • Hari Nyepi
      Hari raya nyepi dirayakan oleh umat dengan cara melakukan Catur Bratha Penyepian. Catur bratha penyepian terdiri dari empat macam pantangan yaitu: amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bekerja) dan amati lelanguan (tidak melakukan kegiatan hiburan). Semua pantangan in dilakukan untuk mengekang hawa nafsu dan segala keinginan jahat sehingga dicapai suatu ketenangan atau kedamaian batin. Dengan ini pikiran manusia bisa terintropeksi atas segala perbuatannya pada masa lalu dan pada saat yang sama memupuk perbuatan yang baik untuk tahun berikutnya. Semua ini dilakukan selama satu hari penuh pada hari raya nyepi.
    • Ngembak Geni
      Sehari setelah hari raya nyepi, semua aktivitas kembali berjalan seperti biasa. Hari ini dimulai dengan persembahyangan dan pemanjatan doa kepada Hyang Widhi untuk kebaikan pada tahun yang baru. Pada hari ngembak geni ini hendaknya umat saling bersilatuahmi dan memaafkan satu sama lain. Hari raya nyepi pada hakekatnya adalah hari pengekangan hawa nafsu dan intropeksi diri atas segala perbuatan yang dilakukan pada masa lalu. Pelaksanaan hari raya nyepi ini harus didasari dengan niat yang kuat, tulus dan ikhlas tanpa ada ambisi tertentu. Pengekangan hawa nafsu untuk mencapai kebebasan batin memang suatu ikatan tetapi ikatan itu dilakukan dengan penuh keikhlasan. 

    5. Upacara Melasti

    Pelaksaan Upacara Melasti dilakukan tiga hari (tilem kesanga) sebelum Hari Raya Nyepi, Upacara Melasti bisa juga sebut upacara Melis atau Mekilis, dimana pada hari ini umat Hindu melakukan sembahyangan di tepi pantai dengan tujuan untuk mensucikan diri dari segala perbuatan buruk di masa lalu dan membuangnya kelaut,ini dilaksanakan sebelum merayakan Tapa Brata penyepian.

    Dalam lontar Sundarigama berbunyi seperti ini:\"....manusa kabeh angaturaken prakerti ring prawatek dewata.\". Sementara Melasti dalam ajaran Hindu Bali berbunyi nganyudang malaning gumi ngamet Tirta Amerta atau menghanyutkan kekotoran alam menggunakan air kehidupan. Laut sebagai simbol sumberTirtha Amertha (Dewa Ruci, Pemuteran Mandaragiri). Umat Hindu di Bali melaksanakan upacara Melasti sebagai rangkaian pelaksanaan perayaan Hari Raya Nyepi.

    Selain melakukan sembahyang, Melasti juga adalah hari pembersihan dan penyucian aneka benda sakral milik Pura (pralingga atau pratima Ida Bhatara dan segala perlengkapannya) benda benda tersebut di usung dan diarak mengelilingi desa, ini bertujuan menyucikan desa, selanjutnya menuju samudra, laut, danau, sungai atau mata air lainnya yang dianggap suci.

    Upacara dilaksanakan dengan melakukan sembahyangan bersama menghadap laut, seluruh peserta upacara mengenakan baju putih. Setelah upacara Melasti usai dilakukan, seluruh benda dan perlengkapan tersebut diusung ke Balai Agung Pura desa. Sebelum Ngrupuk dilakukan nyejer dan selamatan. Umat Hindu di Bali berharap mendapat kesucian diri lahir batin serta mendapatkan berkah dari Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) untuk menghadapi kehidupan di masa yang akan datang.

    Untuk menyambut Hari Raya Nyepi, pelaksaan upacara Melasti ini di bagi berdasarkan wilayah, di Ibukota provinsi dilakukan Upacara Tawur. Di tingkat kabupaten dilakukan upacara Panca Kelud. Di tingkat kecamatan dilakukan upacara Panca Sanak. Di tingkat desa dilakukan upacara Panca Sata. Dan di tingkat banjar dilakukan upacara Ekasata. Sedangkan di masing-masing rumah tangga, upacara dilakukan di natar merajan (sanggah).

    Makna dari upacara Melasti adalah suatu proses pembersihan diri manusia, alam dan benda benda yang di anggap sakral untuk dapat suci kembali dengan melakukan sembahyang dan permohon kepada Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa), lewat perantara air kehidupan (laut, danau, sungai ), dengan jalan dihayutkan agar segala kotoran tersebut hilang dan suci kembali. Upacara ini juga bertujuan memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar Umat Hindu diberi kekuatan dalam melaksanakan rangkaian Hari Raya Nyepi.

    Pelaksanaan Ritual dan seluruh perlengkapan (pralingga atau pratima Ida Bhatara benda benda yang suci dan dianggap Sakral)harus sudah kembaliberada di bale agung selambat lambatnya menjelang sore.

    Pelaksaaan upacara Melasti dilengkapi dengan berbagai sesajen sebagai simbolis Trimurti, 3 dewa dalam Agama Hindu, yaituWisnu, Siwa, dan Brahma. serta Jumpana singgasana Dewa Brahma.

    Dalam Lontar Sunarigama dan Sang Hyang Aji Swamandala ada empat hal yang dipesankan dalam upacara Melasti:


    • Mengingatkan agar terus meningkatkan baktinya kepada Tuhan (ngiring parwatek dewata).
    • Peningkatan bakti itu untuk membangun kepedulian agar dengan aktif melakukan pengentasan penderitaan hidup bersama dalam masyarakat (anganyutaken laraning jagat).
    • Membangun sikap hidup yang peduli dengan penderitaan hidup bersama itu harus melakukan upaya untuk menguatkan diri dengan membersihkan kekotoran rohani diri sendiri (anganyut aken papa klesa).
    • Bersama-sama menjaga kelestarian alam ini (anganyut aken letuhan bhuwana).
    Pelaksanaan Upacara:
    • Upacara Melasti dimulai iring-iringan umat membawa sarana-sarana upacara serta jempana dan barong yang akan diarak menuju tempat sumber air (danau, sungai atau pantai yang letaknya tidak jauh dari Pura di desa terdekat) dengan diiringi tabuh beleganjur.
    • Setelah tiba di tepi sumber air, upacara Melaspas dilanjutkan dengan proses pengambilan air suci gunak membersihkan sarana-sarana upacara termasuk jempana dan barong. Dalam pelaksanaan upacara ini dilakukan sembahyangan bersama. Setelah sembahyangan bersama seluruh sarana-sarana upacara serta barong dibawa kembali ke pura.
    • Upacara Melaspas kemudian dilanjutkan dengan upacara Tawur Agung yang dilaksanakan di pelataran parkir Pura. Dalam upacara Tawur Agung ini dihaturkan persembahan berupa caru yang ditujukan kepada para bhuta. Setelah penghaturan caru dilanjutkan dengan pengerupukan dengan membunyikan kentongan dan membakar obor. Obor dan suara dari kentongan tersebut dibawa berkeliling di areal Pura. Sesampainya kembali di pelataran parkir semua sarana upacara tersebut dibakar menjadi satu.
    • Upacara pengerupukan dan Tawur Agung ditutup dengan pelaksanaan kirtan Tri Murti di tempat pembakaran sarana upacara. Setelah kirtan, umat berisitirahat sambil menunggu pesiapan persembahyangan tilem. Persembahyangan tilem berjalan dengan khidmat dan lancar hingga usai.

      Pelaksanaan Upacara Melasti ini menjadi salah satu daya tarik wisata yang saat menarik untuk disaksikan, bagi anda yang ini melihat keunikannya upacara Melasti, kita tunggu kedatangan anda ke Bali pulau Dewata.

Budaya Bali


1.Tari Sekar Jagat

Tari sekar jagat merupakan salah satu Tari Bali yang biasanya difungsikan sebagai tari penyambutan baik itu pada acara Balih-balihan ketika odalan di pura ataupun pada acara-acara yang bersifat formal. Tari sekar jagat ditarikan oleh para wanita, biasanya berjumlah 5 sampai 6 orang. 

Tari sekar jagat berasal dari kata "Sekar" berarti bunga yang harum dan "Jagat" adalah dunia. maka tarian ini dimaknai sebagi tarian yang melambangkan keharuman bunga di seluruh dunia.Tari ini menggambarkan damainya dunia dengan semerbak kembang - kembang bunga yang menghiasinya.





Tari sekar jagat diciptakan pada tahun 1993 oleh N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem (N.L.N. Suasthi Widjaja) yang notabenenya adalah seniman tari Bali kelahiran Denpasar 23 Mei 1946 dan diiringi gambelan yang diciptakan oleh Bapak I Nyoman Windha.

2.Tari Pendet

Tari Pendet diciptakan oleh seorang maestro tari dari Bali yaitu I Wayan Rindi (1967)I Wayan Rindi menjadikan tari pendet sebagai penggubah tarian sakral yang bisa di pentaskan di pura setiap upacara keagamaan. Asal usul tari pendet diciptakan adalah untuk  tari pemujaan yang banyak dipentaskan di Pura, tempat ibadah umat Hindu di Bali, Indonesia. Inti Gerakan Tari pendet adalah untuk  simbol penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, beberapa seniman di pulau Bali merubah Tari Pendet menjadi tarian ucapan selamat datang, tetapi Tari pendet tetap mengusung unsur sakral dan religius yang menjadi ciri  tari pendet.

3.Tari Puspanjali (bali)
Tarian ini menggambarkan beberapa wanita yg menyongsong beberapa tamu dng penuh rasa hormat. tari Puspanjali kerap ditampilkan pada acara-acara resmi utk menyongsong tamu-tamu mutlak. Puspanjali di ambil dari kata "puspa" yg artinya "bunga", serta 'Anjali' yg artinya 'Menghormat' adalah sesuatu tarian penyambutan yg ditarikan oleh sekelompok penari putri ( umumnya pada 5-7 orang ). menampilkan gerak-gerak lembut lemah gemulai yg digabungkan dng gerak-gerak ritmis yg dinamis, tarian ini banyak mengambil inspirasi dari tarian-tarian upacara rejang, serta melukiskan sebanyak wanita yg dng penuh rasa hormat menyambut kehadiran beberapa tamu yg datang ke pulau mereka. tari ini diciptakan oleh N.L.N. Swasthi Wijaya ( penata tari ) serta I Nyoman Windha ( penata tabuh pengiring ) pada th. 1989.

4.Tari Sekar Ibing


Semula tarian yang mengambarkan kehidupan yang penuh keakraban dan suka ria ini lahir sebagai tari ibing-ibingan. tarian yang ditarikan oleh 10 orang penari (5 pria dan 5 wanita) diihami oleh tari joged.
Ngibing adalah tarian bebas dalam tari Joged Bumbung (tari pergaulan) yang dilakukan bersama-sama penari joged.
Tarian ini merupakan ciptaan bersama antara I Nyoman Suarsa (penata tari) dan I Ketut Gede Asnawa (penata iringan) yang mendapat kepercayaan dari pemerintah Kabupaten Badung untuk menciptakan sebuah tarian baru yang ditampilkan dalam Festival Gong Kebyar se Bali pada tahun 1983. Perubahan nama ke Sekar Ibing terjadi ketika tarian ini dikembangkan di SMKI Denpasar, setelah tarian ini mendapat sambutan yang cukup baik dari penonton.

Wisata Kuliner Bali


1.Direktori Rumah Makan Non Babi di Bali

 

Karena mayoritas penduduk Bali beragama Hindu, banyak wisatawan beragama Islam kebingungan mencari tempat makan saat melancong ke Bali. Mereka was-was jika makanan yang tersedia di warung atau restoran yang mereka kunjungi mengandung bahan-bahan 'terlarang' alias haram.




Sebetulnya, tidak perlu kawatir tentang makanan di Bali. Walaupun mayoritas penduduk Bali adalah non-muslim, mereka sudah terlibat dalam industri wisata selama puluhan tahun sehingga tahu apa kebutuhan para wisatawan. Telah banyak warung-warung dengan menu khas Bali (seperti Warung Tresni di jalan Drupadi, Renon- Denpasar) yang sama sekali tak melibatkan unsur-unsur haram dalam sajiannya karena pelanggan mereka berasal dari lintas agama.


2.Nasi Ayam Kedewatan Ibu Mangku

Ubud memang berbeda dibandingkan dengan daerah wisata Bali lainnya. Bukan hanya udaranya yang sejuk, tetapi juga suasana di sana lebih tenang dengan banyak galeri seni, tak sehiruk-pikuk Kuta dan Seminyak. Adalah Nasi Ayam Kedewatan khas Bali. Terletak di Desa Kedewatan disebelah barat kota Ubud. Restoran ini terletak dijalur jalan menuju ke Sayan dan Kintamani, tepatnya diseberang Pura Kedewatan….pasti ketemu, karena disekitar itu pasti ada kendaraan2 yang pada parkir karena pengendaranya sedang makan. Restoran khas Bali ini juga menawarkan set menu yang terdiri dari Nasi Putih dgn ayam yang dimasak bermacam2 cara: digoreng, dibetutu dll.. Nasi ayam ini juga dihidangkan dengan sayur khas Bali (bumbunya) dan sambel Bali yang mak nyooss juga. Ada kacang panjang, kacang tanah goreng dll. Juga dijual beberapa snack makanan kering seperti kerupuk udang, krupuk belut, kue.

Masakan di rumah makan Bu Mangku merupakan hasil sedikit modifikasi dari masakan Bali asli, disesuaikan dengan selera pelanggan, mulai dari orang setempat, turis dari Jakarta dan kota-kota lain maupun dari luar Indonesia, dan karyawan. Yang menarik, makanan di tempat ini harganya sangat terjangkau. Satu piring nasi ayam lengkap standar di Ubud harganya Rp 7.500, sementara di Renon dan Seminyak Rp 8.000. \"Menyesuaikan dengan harga di kampung,\" kata Ibu Mangku. 

Wisata Belanja Bali


1.Pasar Sukawati

Pasar Sukawati adalah pasar Seni yang sangat terkenal sampai ke penjuru dunia. Pasar seni Sukawati terdapat di Desa Sukawati Kabupaten Gianyar. Jarak dari airport Denpasar sekitar tiga puluh kilometer, yang dapat anda tempuh dengan mobil selama 45 menit.
Pasar Sukawati
Pasar seni Sukawati sangat terkenal karena menjual pakaian dan kerajinan traditional khas Bali dengan harga yang sangat murah. Pakaian seperti Batik yang berciri khas Batik ornamen Bali. Selain itu juga banyak dijual pakaian baik celanan maupun baju, yang dapat anda gunakan di pantai dan harganya pun sangat murah dibandingkan dengan tempat lain. Jadi anda dapat membeli oleh-oleh khas Bali, yang dapat anda berikan kepada teman dan keluarga anda, tanpa banyak menghabiskan biaya liburan.
2. Krisna 24 Jam, Kuta

Ingin mencari tempat oleh-oleh yang buka 24 jam? Datang saja ke Krisna 24 Jam di Jl Raya Tuban, Kuta. Berjarak 5 menit dari Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, inilah toko oleh-oleh yang lengkap di Bali.
Berbagai jenis oleh-oleh dapat Anda temukan di Krisna. Mulai dari udeng, topi khas Bali, baju, tas, cemilan khas Bali, topi, kain Bali, hingga lukisan dapat Anda temukan di sana. Di sini Anda tidak dapat menawar harganya, akan tetapi harganya cukup terjangkau. Tokonya luas dan nyaman. Harga yang tertera di tiap barangnya akan memudahkan Anda untuk menentukan pilihan.
Di paling belakang, Anda dapat memilih baju-baju dengan tulisan dan gambar yang lucu. Harganya sekitar Rp 20.000-50.000 saja. Tidak hanya itu, ada juga berbagai kopi khas Bali seperti kopi Kintamani, kopi Mangsi dan kopi Bali Spirit.
Kopi yang ditawarkan pun ada 2 macam, yaitu bubuk dan biji kopi. Harga untuk sekantung kecil kopi pun bermacam-macam, dari Rp 10.500-100.000. Jangan lupa membeli pernak-pernik lainnya seperti mainan anak-anak tradisional, alat musik tradisional, centong kayu, ukulele, layangan, gelas-gelas cantik dan pin-pin lucu.
3.Joger Pabrik"Kata-Kata"
Joger terletak di Jl Raya Kuta dan di Jalan Raya Bedugul. Joger “Pabrik kata-kata” adalah tempat penjualan  T-shirt bermerk Joger yang berisi kata-kata yang lucu,  nakal dan membuat orang menjadi penasaran akan maknanya. Setiap harinya apa lagi di musim libur, Joger penuh sesak di kunjungi para pencari kaos yang bertuliskan banyak kata – kata.
4.Erlangga Bali
Erlangga Bali adalah salah satu toko oleh-oleh, berlokasi di Jln Nusa Kambangan, Denpasar.  Terdapat 2 toko, Erlangga 1 dan Erlangga 2 dengan jarak kurang lebih 500 meter. Terdapat banyak ragam oleh – oleh yang bisa dibeli dan tempatnya refresentatif untuk berbelanja oleh – oleh dengan harga yang ekonomis. Sehari – harinya ramai dikunjungi para pemburu oleh – oleh apalagi di musim liburan.