Rabu, 02 April 2014

Wisata Kuliner Bali


1.Direktori Rumah Makan Non Babi di Bali

 

Karena mayoritas penduduk Bali beragama Hindu, banyak wisatawan beragama Islam kebingungan mencari tempat makan saat melancong ke Bali. Mereka was-was jika makanan yang tersedia di warung atau restoran yang mereka kunjungi mengandung bahan-bahan 'terlarang' alias haram.




Sebetulnya, tidak perlu kawatir tentang makanan di Bali. Walaupun mayoritas penduduk Bali adalah non-muslim, mereka sudah terlibat dalam industri wisata selama puluhan tahun sehingga tahu apa kebutuhan para wisatawan. Telah banyak warung-warung dengan menu khas Bali (seperti Warung Tresni di jalan Drupadi, Renon- Denpasar) yang sama sekali tak melibatkan unsur-unsur haram dalam sajiannya karena pelanggan mereka berasal dari lintas agama.


2.Nasi Ayam Kedewatan Ibu Mangku

Ubud memang berbeda dibandingkan dengan daerah wisata Bali lainnya. Bukan hanya udaranya yang sejuk, tetapi juga suasana di sana lebih tenang dengan banyak galeri seni, tak sehiruk-pikuk Kuta dan Seminyak. Adalah Nasi Ayam Kedewatan khas Bali. Terletak di Desa Kedewatan disebelah barat kota Ubud. Restoran ini terletak dijalur jalan menuju ke Sayan dan Kintamani, tepatnya diseberang Pura Kedewatan….pasti ketemu, karena disekitar itu pasti ada kendaraan2 yang pada parkir karena pengendaranya sedang makan. Restoran khas Bali ini juga menawarkan set menu yang terdiri dari Nasi Putih dgn ayam yang dimasak bermacam2 cara: digoreng, dibetutu dll.. Nasi ayam ini juga dihidangkan dengan sayur khas Bali (bumbunya) dan sambel Bali yang mak nyooss juga. Ada kacang panjang, kacang tanah goreng dll. Juga dijual beberapa snack makanan kering seperti kerupuk udang, krupuk belut, kue.

Masakan di rumah makan Bu Mangku merupakan hasil sedikit modifikasi dari masakan Bali asli, disesuaikan dengan selera pelanggan, mulai dari orang setempat, turis dari Jakarta dan kota-kota lain maupun dari luar Indonesia, dan karyawan. Yang menarik, makanan di tempat ini harganya sangat terjangkau. Satu piring nasi ayam lengkap standar di Ubud harganya Rp 7.500, sementara di Renon dan Seminyak Rp 8.000. \"Menyesuaikan dengan harga di kampung,\" kata Ibu Mangku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar